Entri Populer

Selasa, 08 Februari 2011

SEJARAH KSATRIA SUKAHET SEBAGAI KETURUNAN DALEM(RAJA) BALI

Kerajaan Majapahit dibawah kepemimpinan Dwi Sakti Hayam Wuruk dan Gajah Mada pada abad XIV merupakan Imperium terbesar yang pernah ada di Asia Tenggara, serta merupakan cikal bakal dari Negara Modern Republik Indonesia, mencapai jaman keemasan pada saat diucapkannya Sumpah Amukti Palapa Oleh Maha Patih Gajah Mada pada tahun 1331 M.   Sumpah ini telah menggetarkan relung hati setiap Raja di Nusantara, mereka diingatkan kembali tentang sumpah yang diucapkan oleh Sang Kasatria pilih tanding dari Panca Pandawa Bima, dimana saat itu seluruh hadirin para pejabat tinggi kerajaan Astina Pura berkumpul dalam perjudian yang memamulukan seluruh jaman, semua tergetar dan miris serta merta menciut nyali mereka tatkala mendengar sumpah yang di
ucapkan oleh Bima. Dan kini jauh di timur diseberang samudra di sebuah pulau yang sudah terkenal semenjak jaman Weda Pulau Dwipa (Jawa) Sumpah seperti itu terucap dari seorang Mahapatih yang memiliki kekuatan seperti Bima, kecerdasan seperti Arjuna dan keteguhan seperti Darma Wangsa sungguh perpaduan yang tiada tanding di jamannya.
            Ambisi politik dan kekuasaan Majapahit tiada mungkin dapat terbendung lagi,Pasuruan, Blambangan, Madura, telah jatuh ketangan Sang Imperium, semua yang dilewati dan diserang oleh Bala Yuda Majapahit,dibawah komando Kriyan Mahapatih Gajah Mada,disertai para Senopati perang seperti Aditya Warman, Arya Sentong, Arya Belog, Arya Wang Bang, Arya Dalacang.  Siapakah giliran berikutnya ?  sudah barang tentu Nusa Bali, karena salah satu kerajaan yang terdekat dari pusat kekuasaan Majapahit di Trowulan, namun untuk melaksanakan Ekspedisi untuk menginvasi Bali perlu perencanaan dan persiapan yang matang, Kerajaan Blambangan adalah daerah yang cocok untuk digunakan sebagai pangkalan armada dan Balayuda Majapahit, untuk menyerang Bali diperlukan perahu-perahu pengangkut yang cukup banyak jumlahnya, disamping itu memerlukan waktu yang tepat untuk menyebrang mengarungi selat segara rupek karena armada yang digunakan tergantung angin barat. Untuk menghasilkan serangan yang mematikan mereka harus pula memiliki data-data terakhir tentang komposisi, disposisi, kekuatan dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Kerajaan Bumi Banten Nusa Bali yang dipimpin oleh Raja yang sangat bijaksana dan dicintai Rakyatnya  yaitu Sri Tapoulung/Gajah Waktra/ Sri Asta Cura Ratna Bhumi Banten, dengan para mentrinya serta para senopati, dan para Tumenggung seperti : Kebo Iwa, Ki Pasung Grigis, Kebo Taruna, Wudug Basur, Kalagemet, Giri Krama, Kyai Ularan, Tunjung Biru, yang menjadi Perdana Mantri waktu itu adalah Ki Pasung Grigis, dalam sebuah prasasti diketahui mereka dilantik pada tahun 1333 M, berarti sepuluh tahun sebelum Agresi Balayuda Majapahit.Bagaimana kesiapan perang Kerajaan Bedahulu tidak ada keterangan mengenai hal tersebut, namun bisa kita analisa melalui system pertahanan yang dianut pada waktu itu yaitu Kerajaan di Bali lebih banyak Bersifat defensive murni dan bukan bersifat Agresor, mungkin hal ini dilatar belakangi oleh Sosio Kultural yang dimiliki oleh masyarakat Bali yang mementingkan Harmonisasi ( Harmonisasi itu terlahir dari ajaran Tatwam Asi, Ahimsa dan Tri Hita Karana ) dari pada pertentangan, sehingga untuk memiliki pertahanan yang kuat maka pusat-pusat kerajaan waktu itu lebih banyak dipedalaman yang memiliki daerah berbukit-bukit dan bergunung sehingga sulit untuk melaksanakan penyerangan masuk kejantung pertahanan yang merupakan Pusat pemerintahan, taktik pertahanan yang digunakan adalah taktik pertahanan wilayah yang mobil, sehingga desa-desa pekraman yang merupakan sumber prajurit Kerajaan berada mengelilingi pusat kerajaan, ini terbukti setelah Bedahulu jatuh kemudian terjadi pergantian Kekuasaan, terjadi pemberontakan yang sulit dipadamkan.    Mungkin hal ini telah diketahui oleh Gajah Mada yang memang ahli taktik dan setragi serta tipudaya Perang dihadapkan dengan bentuk medan yang harus dilalui yang kemungkinan bisa jadi perintang gerakan pasukannya, mungkin tidak begitu berpengaruh, karena bentuk medan Majapahit dengan Nusa Damai hampir sama, justru yang menjadi